Menjadi Pemimpin
Dituduh Jadi Koruptor
Pengalaman memimpin saya rasakan sewaktu masih tinggal di tanah kelahiran di Seragen. Ketika duduk di kelas dua SMP pada tahun 1995, saya ikut training pengajar TPA di kecamatan Sidoharjo. Sepulang penataran saya berpikir, benar juga, kalau pembinaan generasi tidak sedini mungkin, makin mereka besar malah makin sulit.
Dua hari kemudian saya mengumpulkan teman sebaya yang ikut penataran. Dalam pertemuan itu, mereka memilih saya sebagai kepala TPA yang akan kami bentuk. Awalnya kami disambut gembira masyarakat. Bahkan hampir 100 santri masuk TPA. Pada tahun kedua kami mengadakan tasyakuran TPA. Alhamdulillah, banyak jamaah yang hadir.
Masalah muncul ketika saya akan lulus SMP. Saya sibuk ikut les buat persiapan Ebtanas. Pikiran saya sering terbagi dan sulit konsenterasi. Saat itu saya dan kawan-kawan merencanakan membuat seraga santri TPA. Karena ide awalnya dari saya, mereka menyerahkan pengaturannya pada saya, mulai penumpulan uang hingga lobi penjahit. Lantas saya mempercayakan pada seorang ibu warga kampung kami. Ternyata seragam yang ia buat tidak sesuai yang dijanjikan. Ukurannya kesempitan atau malah kebesaran. Jahitannya pun rusak.
Akibatnya saya dikecam masyarakat. Saya dituduh memanfaatkan uang santri buat kepentingan sendiri alias korupsi. Saya sempat down. Sampai-sampai setiap pulang sekolah saya minum "Puyer Bintang Toedjoe No 16" satu bungkus, karena kepala ini bert dan pusing. Orang tua jadi khawatir dan menyuruh keluar dari majelis itu. Tapi saya ingin bertahan.
Tiaphari saya dekatkan diri pada Allah, tahajud, membaca Al-Qur'an, dan puasa sunah. Ketika tiba Ebtanas, saya hadapi dengan keyakinan pada pertolongan Allah. Saat pengumuman, alhamdulillah, saya juara pertama dikelas. Saya pun masuk SMU yang diidamkan orang tua. Mereka bahagia dan mulai percaya sepenuhnya pada saya. Masyarakat pun sedikit demi sedikit menaruh kepercayaan dan mendukung TPA lagi. Saya sering terharu, karena mereka sampai memberikan macam-macam sumbangan.
Kini saya harus meninggalkan TPA tercinta, karena bekerja di Batam. Pada teman-teman di Seragen, selamat berjuang. Semoga langkah kita selalu diridhoi Allah.
Tarbawi Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar