Jumat, 02 Maret 2012
Iuran Sekolah
Berdiam diri tanpa berkata apapun, melihat mereka tertawa dan gembira. Itu yang tak pernah kurasakan, rasa senang ataupun gembira tak pernah kurasakan. Yang ada di pikiranku hanyalah tunggakan iuran sekolah yang belum kulunasi. Mereka tak memikirkan itu, mereka tetap tertawa. Orang tua mereka mampu membayarnya,sedangkan orang tuaku,,huuh apa yang mereka bisa,untuk makan saja sangat sulit.
Mereka masih saja tertawa sambil memegang kertas yang sangat ku benci "legitimasi ujian" itulah kertas yang sangat kubenci,karena hanya siswa yang sudah membayar iuran sekolah sajalah yang mendapatkan kertas itu. Yang pasti aku tidak akan mendapatkannya,dan berarti aku harus mengantri setiap pagi utk mendapatkan legitimasi cadangan agar aku dapat mengikuti ujian.
Perasaan marah terhadap orang tuaku selalu berkobar ketika awal bulan tiba. Tentu kalian tahu, setia awal bulan ada kewajiban yang harus dipenuhi siswa jika ia ingin tetap bersekolah,yaitu membayar iuran sekolah.
Lagi-lagi aku harus mendengar kata itu,kata yang sangat ku benci "iuran sekolah"rasanya sangat panas dan sakit di hati ku.
Aku tahu pasti,aku tidak akan membayarnya,dan aku tahu pasti,orang tuaku tidak mempunyai uang untuk membayarnya. Perasaan marah tentu ada,tetapi orang tuaku sudah berusaha dan aku tahu itu.
Orang tuaku bekerja siang malam tanpa henti. Pasti mereka sangat lelah,terlihat sekali dari raut wajah mereka yang membuatku iba.
Kerja keras orang tuaku tidak membuahkan hasil yang bagus. Terbukti,setiap harinya mereka harus menghutang ketetangga,gali lobang tutup lobang,itulah pribahasa yang cocok untuk kebiasaan orang tuaku itu.
Sekarang,aku hanya bisa bersabar dan berdo'a. Mungkin dengan kesulitan ini Allah telah mempersiapkan sesuatu yang besar dan pasti membuat keluargaku menjadi lebih baik. :')
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Total Tayangan Halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar